Menaruh Asa Lewat Tarian

Dokumentasi Pribadi, Devina (kiri)



Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman budaya. Berbagai macam seni, lahir sebagai identitas dari tiap daerah, seni tari salah satunya. Banyak masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang mencintai seni tari. Ialah Devina Kurnia Sari atau yang akrab disapa dengan Devina merupakan satu dari sekian banyak penari yang ada di negeri ini. Gadis kelahiran Depok ini sudah mencintai dunia tari sejak dini, tepatnya saat usia 4 tahun.

Berawal dari ajakan kakaknya untuk ikut menari pada pertunjukan 17 Agustus, Devina pun mulai mengenal dunia tari. Bahkan, Devina sudah dikenalkan dengan dunia tari tak hanya sejak dini, bisa dibilang, darah seniman sudah mengalir padanya. Seluruh keluarganya merupakan seniman, Ibunya seorang penari dan Neneknya pun seorang karawitan.

Hingga pada saat usia Devina 10 tahun, ia bergabung dengan sebuah lembaga kesenian berbentuk yayasan yang aktif di bidang pelestarian, pelatihan, dan pengembangan seni budaya tari yaitu Ayodya Pala di Depok. Bertahun-tahun Devina ditempa menjadi seorang penari yang memiliki jiwa dan emosi yang baik. Tak hanya menjadi seorang penari, kini, Devina pun telah menjadi seorang pengajar atau pelatih tari.

Kilas balik perjalanan hidup Devina mulai dari menjadi seorang penari hingga bisa menjadi seorang pelatih tari yang memiliki banyak prestasi. Semua berawal saat kelulusan masa SMA, terkendala dengan biaya, Devina terpaksa untuk mengalah sedikit dengan egonya untuk menunda kuliah selama satu tahun hingga ia memiliki tabungan untuk dapat melanjutkan pendidikan.

Selama satu tahun masa kosong atau masa gap year, lantas tidak membuat perempuan berhijab ini menjadi pemalas. Justru ia selalu bertindak produktif untuk dapat menghasilkan uang sebagai tambahan biaya untuk kuliah. Sebelum lulus SMA, sebenarnya Devina sudah mulai magang menjadi pelatih tari di Depok Lama. Namun ternyata hal tersebut tidaklah mudah.

"Waktu magang masih kaku dan belum bisa transfer gerak," ujar Devina.

Saat itu, Devina hanya dibayar sebesar Rp50.000,- setiap pertemuan. Hal tersebut membuat Devina bahagia karena bisa menambah pundi-pundi tabungannya. 

Devina bercerita, ada satu orang yang berjasa untuk kehidupannya yaitu Yuli Fajar salah satu seniornya di Ayodya Pala. Yuli selalu memberikan Devina berbagai pekerjaan, mulai dari dipercaya menjadi pelatih tari mahasiswa vokasi Universitas Indonesia hingga menjadi pelatih tari karyawan PLN.

"Awalnya stres, koreografinya kak Yuli dikasih ke saya semua. Tapi yaudahlah jalanin aja dulu, untuk jadi pengalaman," ujar Devina yang ditemui di stasiun kereta itu.

Jerih keringat Devina pun terbayar. Ia berhasil lolos seleksi masuk politeknik negeri, tepatnya di Politeknik Negeri Jakarta. Tepat saat ia memasuki masa semester satu kuliah, saat itu pula ia berhasil memiliki kelas tari atau cabang sendiri untuk mengajar di Permata Citayam dengan murid berusia 5 tahun hingga 8 tahun. (DA)

Posting Komentar

4 Komentar