Kisah Afini Pejuang Hafidzah Quran

Foto dokumentasi pribadi, Afini (Kiri)

Afini Amalia atau yang akrab disapa Fini merupakan anak ketiga dari pasangan Pramono dan Ruqoyah. Kini, Fini sedang berjuang untuk melaksanakan ibadahnya menjadi penghafal Quran.

Terlahir di keluarga yang islami membuatnya  selalu mendapatkan pendidikan Islam yang baik. Abi dan Ummi, begitulah panggilan Fini untuk kedua orang tuanya. Fini menghafal Quran di Yayasan Kuntum Indonesia, yaitu sebuah usaha mulia yang mempunyai beberapa program. Salah satunya ialah program yang diikuti olehnya, program beasiswa enam bulan menghafal Quran dan enam bulan mengabdi di yayasan tersebut.

Keinginan Fini untuk menghafal Quran berawal saat ia lulus dari Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta dengan Jurusan Desain Mode. Ia ingin setelah lulus kuliah dapat memiliki pekerjaan dan menghasilkan uang seperti teman-temannya yang lain. Namun, takdir berkata lain. Afini tidak mendapatkan pekerjaan. Padahal, ia sudah melamar dilebih dari seratus perusahaan yang sesuai dengan bidang kuliahnya.

“Sudah nyoba ngelamar kerja berkali-kali, kirim CV, dan wawancara tapi ada yang nggak keterima dan ada yang nggak cocok,” ujar Afini gadis bersuku Jawa ini.

Setelahnya, Fini berpikir dan merenung. Hatinya terasa kosong dan gelisah. Kemudian ia teringat dengan keinginannya dulu untuk menghafal Quran. Sebelumnya, saat sekolah menengah pertama (SMP), ia pernah menjadi santri dan mempunyai hafalan sebanyak tiga juz. Akhirnya ia memilih untuk melanjutkan hafalan tersebut.

Tak hanya itu, keinginan Fini untuk menghafal Quran tak lain dimotivasi oleh Adiknya, Ziyah. Ziyah sudah menjadi penghafal Quran sejak kelas 6 sekolah dasar (SD). Fini bercerita, ia teringat dengan sebuah tulisan sewaktu adiknya masih kecil. “Aku ingin menjadi penghafal Quran dan selalu memuliakan Al-Quran”, begitulah tulisan adiknya. Selain Adiknya, Kakak Ipar Fini, Mutia, pun seorang Hafidzah Quran. Fini pernah bertanya untuk apa menghafal Quran kepada Mutia, lantas, Mutia pun menjawab, “Karena ingin memberi mahkota di akhirat untuk orang tua dan menjadikan bekal untukku di sana”. Dua hal tersebut menjadi tamparan dan benturan keras bagi Afini.

Saat menghafal Quran, Fini menemui beberapa kesulitan, seperti sulit untuk menghafal saat hatinya sedang tidak lapang, kesal, dan berprasangka buruk terhadap sesuatu, serta sulit untuk selalu istiqamah. Namun  Fini selalu berusaha. Selain itu, iya juga mendapatkan ujian saat menghafal Quran saat ayat yang dihafal adalah ayat yang berhubungan dengan dirinya.

“Ada suatu ayat tentang Ibu yang selalu nangis setiap bacanya. Baru baca beberapa ayat selalu nangis. Sampai akhirnya batal setor ayat beberapa waktu taqdim (waktu untuk setor hafalan),” ujar Afini melalui pesawat telepon.

Bagi Afini, ada banyak sekali manfaat dalam menghafal Quran, diantaranya yang ia rasakan ialah segala sesuatu lebih dipermudah, merasa beruntung karena dapat menghafal kitab mukjizat Nabi Muhammad SAW, dan percaya akan janji Allah kelak para penghafal Quran dapat memakaikan kedua orang tua mahkota yang cahayanya lebih terang daripada cahaya matahari.

Untuk menjaga hafalannya, Fini selalu mengulang hafalannya tiap salat Isya atau salat Tahajud. Ia juga sebisa mungkin  menghindari perilaku yang menuju ke arah dosa. (DA)

Posting Komentar

3 Komentar