Bedah Buku Air Mata Topeng

Poster Buku Air Mata Topeng

Literasi Kata, Jakarta ─ Buku ke-5 karya Irawan Sandhya Wiraatmaja resmi diluncurkan pada (12/08/2018) lalu.  Setiap puisi dalam buku tersebut asal masuk tanpa ada klasifikasi baik secara tematis maupun kronologis. Irawan—sapaannya— membahas isi buku tersebut di tengah acara Sastra Reboan pada Rabu malam (28/02/2018) bertempat di WAPRESS, Bulungan, Blok M, Jakarta Selatan.

Dengan judul yang begitu metamorfosis, AMT memuat 124 halaman berisi 102 puisi yang menampilkan tema-tema kritik, refleksi diri, kerinduan pada Tuhan, pengamatan pada peristiwa, dan sebagainya. Diawali dengan puisi “Sebutir Garam di Secangkir Kopi”, puisi tersebut memiliki kesimpulan tentang kemunafikan seseorang yang berakibat pada peristiwa lain, masuk dengan tema yang ada.

Ada tiga hal yang menjadi aspek utama dalam penulisan antalogi buku puisi ini. Pertama, penyair bermain metafora dalam larik puisi yang diciptakan. Kedua, kekuatan penyair bermain enjambem dalam hubungan antarlarik dan antarbait, dan ketiga adanya kekuatan paradoks.

Selain itu, ada beberapa puisi dalam buku AMT yang dibagi menjadi beberapa bagian seperti “Amsal Kupu-Kupu 1” dan “Amsal Kupu-Kupu 2”, dua puisi tersebut memiliki makna yang berbeda meskipun dengan judul yang sama.

“Amsal Kupu-Kupu 1” menjelaskan tentang perjalanan hidup manusia yang mirip dengan kupu-kupu. Sedangkan  pada “Amsal Kupu-Kupu 2” menjelaskan tentang kehidupan seorang wanita malam. Hal tersebut menunjukan kepiawaian penyair dalam bermain dengan metafora. Bukan hal kotor yang ditemukan, melainkan sebuah empati mendalam dalam kisahnya.


Sisi Lain

Irawan Sandhya Wiraatmaja atau yang memiliki nama asli Mustari Irawan selaku penulis dan penyair, ia juga merupakan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Kepenyairan Irawan sudah tidak dapat diragukan lagi, karena sudah berlangsung sejak ia masih duduk di bangku SMA yaitu tahun 1976.

“Masalah mengatur waktu sebagai penyair dan Kepala ANRI bukan masalah bagi saya. Saya dapat menulis di manapun dan kapanpun saya mau selagi ada ide, contohnya pada saat rapat. Saya dapat menuliskannya di memo handphone terlebih dahulu,” ujar Irawan di akhir acara Sastra Reboan. (DA)

Posting Komentar

0 Komentar